Minggu, 27 Januari 2019

Apa itu mastitis, Engorgement dan Clogged Ducts?

source: www.thestranger.com

Dulu saya sempet bingung antara Engorgement, Clogged Ducts & Mastitis yang ujung ujungnya malah mengharuskan saya masuk ruangan operasi (nanti ya cerita drama ini akan ada di postingan lain, hhehe). Nah karena itu di sini saya akan bahas lebih dulu perbedaan ketiganya dan membahas lebih detil apa itu mastitits, supaya ibu-ibu yang lain lebih aware dan semoga gak ngalamin apa yang saya alami. Kebetulan beberapa waktu yang lalu setelah saya posting cerita mastitis di ig story, ada beberapa ibu yang dm dan wa saya nanya2 tentang hal ini. Okelah kalo gitu kita langsung cus aja yuk

Perbedaan Engorgement, Clogged Ducts & Mastitis

Sebenarnya engorgement artinya payudara yang penuh banget aja ya, ciri cirinya payudara mengeras karena ASI berlebih dan tidak dikeluarkan. Hal ini bisa terasa menyakitkan bagi ibu yang mengalaminya. Biasanya dikarenakan oleh suplai ASI melebihi yang dibutuhkan oleh bayi. Asal isinya bisa dikeluarkan baik dengan cara menyusui maupun dipompa, gak masalah. Kalau sampai berasa sakit gak bisa keluar walau di dalam dada penuh susu artinya clogged duct.

Clogged duct adalah saluran asi tersumbat, terdapat sumbatan putih di pori2 puting. ciri cirinya adalah terdapat bintik putih pada nipple yang berbentuk seperti jerawat dan terasa sakit bila menyusui langsung atau disebut "bleb". Bleb terjadi karena pertumbuhan jaringan kulit yang berlebihan atau karena kumpulan fragmen asi atau material lemak dari ASI. Jika kondisi seperti ini dibiarkan bisa menyebabkan mastitis!

Definisi Mastitis
(sumber: IDAI)
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Dalam proses ini dikenal pula istilah stasis ASI, mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi. Apabila ASI menetap di bagian tertentu payudara, karena saluran tersumbat (clogged duct) atau karena payudara bengkak, maka ini disebut stasis ASI. Bila ASI tidak juga dikeluarkan, akan terjadi peradangan jaringan payudara yang disebut mastitis tanpa infeksi, dan bila telah terinfeksi bakteri disebut mastitis terinfeksi.

(mastitis juga biasanya bisa terjadi ketika puting ibu lecet, kemudian bakteri masuk dari puting lecet tersebut menuju statis ASI yang akhirnya berujung mastitis.)

Diagnosis mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala sebagai berikut:
  • Demam dengan suhu lebih dari 38,5oC
  • Menggigil
  • Nyeri atau ngilu seluruh tubuh
  • Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri.
  • Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI terasa asin
  • Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.

Patofisiologi

Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.

Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.

Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain:
  • Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.
  • Puting lecet.
  • Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
  • Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
  • Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
  • Pengosongan payudara yang tidak sempurna
  • Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
  • Ibu atau bayi sakit.
  • Frenulum pendek.
  • Produksi ASI yang terlalu banyak.
  • Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
  • Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman pada mobil.
  • Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan lain-lain.
  • Penggunaan krim pada puting.
  • Ibu stres atau kelelahan.
  • Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh yang rendah.
source: www.loveandbreastmilk.com

Home Treatment

Nah kalo kira2 udah curiga nih kayaknya dari gejala yang ada mengarah ke mastitis langsung diatasi ya buibuu. Pokoknya jangan ditunda tunda.

Yang utama udah pasti ya harus ngosongin payudara, pumping terus dan susuin terus ke baby kita. Kalo misalkan pumping juga susah keluar, coba pake tangan di urut supaya keluar. Kalau badan mulai panas / sakit bantu pake paracetamol. Kompres dengan waslap hangat, kemudian jangan lupa massage menggunakan minyak zaitun.

CATAT!:
Observasi selama 24 jam, apakah kita merasa baikkan dengan melakukan home treatment? Kalo ya silahkan lanjutkan treatment tadi sampai benjolan atau rasa sakit hilang. Jika TIDAK silahkan langsung pergi ke dokter untuk minta antibiotik. Antibiotik yang diresepkan ini akan berusaha menyembuhkan peradangan dan menangani bakteri2 yang ada di tubuh, bahkan jika sudah terbebtuk abses (nanah) kalau masih kecil ukurannya (di bawah 1 cm) katanya masih bisa dilawan dengan antibiotik. Kemudian observasi selama 2 hari, apakah antibiotik itu bisa bekerja menyembuhkan infeksi atau tidak. Jika setelah minum antibiotik tidak ada perubahan silahkan kembali ke dokter untuk tindakan lebih lanjut (insisi). Biasanya pasien akan diperiksa dengan usg mamae terlebih dulu, baru dokter akhirnya mengambil keputusan. 

Pencegahan

Pencegahan terhadap kejadian mastitis dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor risiko di atas. Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya menjadi sulit melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang. Ibu dibantu untuk mengeluarkan sebagian ASI setiap 3 - 4 jam dengan cara memerah dengan tangan atau pompa ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif. ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok. Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya feedback inhibitor of lactin (FIL) yang menghambat penyaluran ASI.

Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian yang ketat dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa payudaranya bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan. Selain itu ibu juga perlu beristirahat, meningkatkan frekuensi menyusui terutama pada sisi payudara yang bermasalah serta melakukan pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan.

Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu yang merasa ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasi masalahnya. Pada peradangan puting dapat diterapi dengan suatu bahan penyembuh luka seperti atau lanolin, yang segera meresap ke jaringan sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan dengan mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang mendukung penggunaan bahan topikal lainnya.

Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga kesehatan harus selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga mengingatkan anggota keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui membutuhkan lebih banyak bantuan.

Ibu harus senantiasa memperhatikan kebersihan tangannya karena Staphylococcus aureus adalah kuman komensal yang paling banyak terdapat di rumah sakit maupun masyarakat. Penting sekali untuk tenaga kesehatan rumah sakit, ibu yang baru pertama kali menyusui dan keluarganya untuk mengetahui teknik mencuci tangan yang baik. Alat pompa ASI juga biasanya menjadi sumber kontaminasi sehingga perlu dicuci dengan sabun dan air panas setelah digunakan.
Jika harus dinsisi

Sebenarnya langkah insisi ini jika dilakukan sebelum terlambat dapat menghindari dari rusaknya jaringan di payudara. Saya pernah mampir di sebuah blog di mana si ibu bercerita bahwa ia tidak bisa menyusui anak kedua nya pasca operasi. Tapi ada juga ibu lain yang setelah diinsisi bisa kembali menyusui. Nah kayaknya ini tergantung dari separah apa mastitis yang terinfeksinya, biasanya kalo udah parah dokter akan mengangkat jaringan di payudara ibu karena dikhawatirkan bisa menyebabkan kanker :’(

buibuuu, sekian dulu ya penjelasan tentang mastitis nya. Nanti postingan selanjutnya kubercerita manjah tentang drama menyusui yang akhirnya alhamdulillah sudah terlewati masa masa menyedihkan itu, huhu. Jangan lupa jaga aset berharga kita, semoga bisa terus mengASIhi sampai waktunya ❤️

1 komentar:

  1. I know this if off topic but I'm looking into starting my own weblog and was wondering what all is required
    to get setup? I'm assuming having a blog like
    yours would cost a pretty penny? I'm not very internet smart so I'm not 100% sure.

    Any tips or advice would be greatly appreciated. Appreciate it

    BalasHapus

COPYRIGHT © 2021BY IENA